Partai ketiga dalam politik AS dapat memberikan angin segar dalam situasi politik yang kaku. Artikel ini membahas potensi dampak partai moderat baru dan tantangan yang dihadapinya.
Petualangan baru dalam dunia politik AS
Partai Ketiga dalam Politik AS: Suatu Ide atau Kenyataan? Di bulan Juni 2022, Gallup melakukan survei mengenai afiliasi partai politik di AS. Ternyata, 43% responden menyatakan diri mereka sebagai independen, sementara partai Republik dan Demokrat masing-masing hanya 27%. Perlu dicatat bahwa huruf kecil ‘i’ pada independen menunjukkan bahwa ini bukanlah sebuah partai, melainkan sekumpulan orang yang tidak terikat pada dua partai besar tersebut. Maka, bila misi partai baru yang tengah dibentuk, yaitu “Forward Party” terwujud, banyak suara yang tidak lagi mengidentifikasi diri sebagai Democrat atau Republican mungkin akan beralih ke partai ini, menjadikannya kekuatan moderat di politik pemilihan di AS.
Realitas keras dalam politik AS
Tantangan Partai Ketiga Menghadapi Status Quo Menurut ahli politik Alexander Cohen dari Universitas Clarkson, sistem dua partai di AS telah lama ‘dikepung’ oleh kritik. Sejak zaman pendiri negara, sudah ada pandangan negatif terhadap politik partai, seperti yang diungkapkan Alexander Hamilton yang mendeskripsikan partai sebagai ‘penyakit yang fatal.’ Walaupun begitu, partai-partai terus bertahan sebagai kendaraan politik di negeri ini, dan berpindah dari berbagai varian partai selama dua abad terakhir. Cohen berpendapat bahwa kemungkinan partai ketiga untuk merobohkan status quo sangatlah kecil. “Partai Republik dan Demokrat modern sangat tidak mungkin untuk menghilang seperti partai Whigs, Federalists, dan Anti-Federalists, terlepas dari gejolak politik terbaru. Jadi dua partai akan tetap ada,” ujarnya.
Keterbatasan dalam sistem pemilihan kita
Keunggulan Sistem Pemilihan Kita Marjorie Hershey, seorang ilmuwan politik Universitas Indiana, mengemukakan bahwa keunggulan partai ketiga di AS sangat terbatas. Dalam tulisan Hershey, sistem pemilihan AS menjadi alasan utama mengapa negara kita menjadi satu-satunya demokrasi besar dengan hanya dua partai yang secara konsisten mampu mengutus pejabat publik. Sebagian besar pemilihan di AS menggunakan aturan plurality, atau siapa yang mendapat suara terbanyak maka dialah pemenangnya. Berbeda dengan negara lain, seperti Belanda, yang syaratnya lebih memungkinkan partai kecil untuk bertahan dan memiliki kursi di parlemen. Di sini, suara independen sering kali tidak sepenuhnya lepas dari kekuatan partai.
Partai ketiga yang mendorong perubahan
Kemenangan Tidaksendiri sebagai Tujuan Banyak yang tidak menganggap kegagalan dalam pemilu sebagai akhir dari harapan untuk partai ketiga di AS. Bernard Tamas, seorang penyelidik politik dari Universitas Valdosta State, mencatat bahwa partai ketiga yang paling sukses di AS tidak biasanya mencapai dominasi; mereka sering kali memaksa partai besar untuk bereaksi dan mengubah arah kebijakan mereka. Menurut Tamas, partai-partai ini cenderung muncul di saat ada polarisasi politik yang dalam antara Demokrasi dan Republik, seperti yang sering terjadi sejak Perang Sipil. Pada periode itu, partai ketiga sangat agresif dan kuat, dengan tujuan mendorong partai besar beradaptasi dengan tuntutan pemilih yang tidak terwakili.
Harapan untuk memperbaiki peta politik AS
Masa Depan Partai Moderat Menurut Tamas, jika partai baru yang bertengger pada garis moderat muncul, itu bisa memberi keuntungan strategis dengan menghadapi kandidat lokal dan negara bagian yang lebih moderat dari partai Republik. Bahkan jika partai Forward mengumpulkan dana dan berhasil mendapatkan suara yang signifikan, masa depan mereka di tenak politik AS tetap menjadi tanda tanya. Sebagai catatan, Partai Progresif hanya bertahan kurang dari satu dekade. Namun, walaupun hanya secara sementara, partai baru ini berpotensi membendung laju ekstremisme yang ada. Menurut Tamas, sangat mungkin bahwa partai baru dapat menghambat GOP untuk semakin melangkah ke jalur yang lebih ekstrem.
Secara keseluruhan, meski banyak keraguan mengenai kemampuan partai ketiga di AS, harapan tetap ada untuk mendorong perubahan di politik kita. Dengan adanya Forward Party, ada peluang untuk moderasi dalam proses pemilu yang semakin memanas. Namun, tantangan yang ada juga sangat besar, dan hanya waktu akan menunjukkan dapatkah partai ini berjalan maju dan berdampak nyata untuk masa depan politik AS.