Memahami Eksploitasi dalam Politik Blame yang Baru
Politik blame yang baru: mengapa Donald Trump mendambakan kemarahan Anda — dan tiga strategi untuk melawannya. Ekonom peraih Nobel, Elinor Ostrom, pernah memperingatkan tentang “bahaya kebenaran yang terlihat jelas” dalam penelitian akademik, seringkali tidak tepat, atau setidaknya menyesatkan. Sejak awal munculnya sebagai disiplin akademis, ilmu politik telah dipahat dalam kebenaran yang terlihat jelas bahwa “blame itu buruk” dan politisi rasional akan selalu mengutamakan menghindari blame daripada mencari kredit.
Apa yang Dapat Dilakukan untuk Mengatasi Strategi ini?
Namun, ada masalah dengan asumsi ini. Nyata bahwa politikus sering menggunakan strategi antagonisme dan kemudian memanfaatkan reaksi yang muncul sebagai langkah keuntungan. Kita kini melihat contoh nyata strategi ini pada mantan Presiden AS, Donald Trump, yang serta menjadikan antagonisme sebagai taktik untuk menarik simpati dari golongan tertentu. Faktanya, semakin kontroversial Anda, semakin banyak ‘blame’ yang Anda dapatkan, namun hal itu justru bisa menambah legitimasi di mata mereka yang kehilangan kepercayaan pada politik konvensional.
Strategi Menghadapi Politik Blame dalam Demokrasi
Ada tiga cara untuk mengatasi strategi ini. Pertama, penting untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap provokasi populis. Mereka yang membela demokrasi sebaiknya hanya bereaksi pada peristiwa ekstrem yang lebih mudah dilihat bahaya terhadap populisme. Seperti cara orang tua berpengalaman berurusan dengan remaja yang membangkang, memilih pertempuran dengan bijak adalah kunci. Kedua, menetapkan aturan yang jelas sangat penting, sehingga hal-hal yang dapat menimbulkan blame menjadi lebih sulit diterima. Norm-norm yang jelas dapat meningkatkan biaya untuk politikus yang memilih menempuh jalur blame.
Membangun Jembatan dalam Politik yang Terpolarisasi
Terakhir, penting untuk merangkul dan menjangkau mereka yang berbeda pandangan, bila memungkinkan. Pembela demokrasi tidak hanya harus membuat strategi blame menjadi sulit diterapkan, tetapi juga memberi insentif konkret kepada mereka yang memilih untuk tidak ikut bermain dalam politik blame. Misalnya, ketika Demokrat beralih mendukung pembicara rumah dari Partai Republik, Mike Johnson, menghadapi serangan dari anggota partainya sendiri, mereka memberikan contoh yang baik dalam strategi ini. Meski politik blame itu kompleks dan multidimensional, dengan berpikir strategis, kita bisa melawannya.