Dalam wawancara yang menghebohkan, Donald Trump menyatakan ketertarikan untuk menjabat kembali sebagai presiden untuk masa jabatan ketiga, menimbulkan pertanyaan tentang batasan konstitusi yang ada.
Trump Mengisyaratkan Tertarik untuk Terus Memimpin
Potensi calon presiden Donald Trump mengejutkan banyak pihak setelah ia menyatakan dalam sebuah wawancara telefon bahwa ia “tidak bercanda” tentang kemungkinan untuk menjabat kembali untuk masa jabatan ketiga. Hal ini menjadi berita utama dan menimbulkan berbagai spekulasi tentang cara-cara yang mungkin ia pertimbangkan untuk melanggar batasan konstitusi yang ada.
Amandemen ke-22 Jadi Penghalang Utama
Di tengah wawancara tersebut, Trump mengacu pada metode yang mungkin untuk mencapai ambisi tersebut, sambil mengingatkan bahwa “masih terlalu awal untuk memikirkan” hal ini. Berdasarkan Amandemen ke-22 yang ditetapkan pada 1951, tidak ada orang yang dapat terpilih menjadi presiden lebih dari dua kali, sebuah langkah diambil setelah Presiden Franklin D. Roosevelt terpilih sebanyak empat kali secara berturut-turut.
Pertanyaan Mengenai Strategi yang Mungkin Diterapkan
Kristen Welker dari NBC News mengajukan pertanyaan tentang kemungkinan Wakil Presiden JD Vance yang dapat mencalonkan diri, lalu menyerahkan jabatan tersebut kepadanya di kemudian hari. Meski Trump mengakui bahwa ini adalah satu dari beberapa kemungkinan, ia menolak untuk mengungkapkan detail lebih jauh. Keengganan ini menimbulkan pertanyaan mengenai rencana Trump yang lebih luas.
Pandangan Ahli Hukum Mengenai Batasan Ini
Derek Muller, seorang ahli hukum pemilihan dari Notre Dame, menawarkan pandangan mendalam mengenai situasi ini. Ia menjelaskan bahwa jika Trump tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai presiden kembali karena Amandemen ke-22, maka ia pun tidak akan layak mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Menurutnya, tidak ada solusi instan untuk menghindari batasan masa jabatan presiden.
Tantangan dalam Mencapai Ambisi Tiga Masa Jabatan
Lebih dari itu, untuk mengejar masa jabatan ketiga, Trump akan memerlukan persetujuan luar biasa dari pejabat federal, negara bagian, serta dari hukum dan suara rakyat. Muller menambahkan bahwa, sebagai presiden yang sedang membentuk citra dirinya, Trump ingin menunjukkan kekuatan politik yang mungkin tampak melemah belakangan ini.
Imajinasi Trump Tentang Dukungan Publik
Meskipun Trump yang akan berusia 82 tahun saat akhir masa jabatannya yang sekarang, ia menunjukkan ketertarikan pada pekerjaan tersebut. Ia percaya bahwa popularitasnya akan membantu dalam mendapatkan dukungan untuk masa jabatan ketiga. Sayangnya, klaimnya mengenai “angka survei tertinggi dalam seratus tahun terakhir” tidak didukung data, sementara survei Gallup menunjukkan bahwa dua mantan presiden, George W. Bush dan ayahnya, George H.W. Bush, mencapai angka popularitas yang jauh lebih tinggi.
Dalam wawancara yang mengejutkan ini, Donald Trump menciptakan kembali spekulasi tentang kemungkinan untuk mencari jabatan ketiga padahal batasan konstitusi menghalangi langkah tersebut. Sementara itu, para ahli menyoroti kompleksitas yang mungkin akan dihadapi jika ia memutuskan untuk menantang batasan ini. Pada akhirnya, Trump tampaknya lebih berusaha menampilkan kekuatan politik ketimbang memiliki rencana konkret untuk masa jabatan ketiga.
