Berkomunikasi di antara Perbedaan Politik Keluarga
Apakah Anda memiliki keluarga yang terpecah secara politik? Ini adalah waktu yang cukup menantang bagi banyak orang. Dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan kampanye yang penuh gejolak tahun ini, cara kita berkomunikasi satu sama lain semakin kasar. Melihat fenomena ini, kami tertarik untuk mencari tahu bagaimana beberapa orang berusaha menjembatani perbedaan. Melalui laporan dari jaringan NPR, kami membagikan contoh-contoh orang-orang yang berjuang untuk menemukan titik temu dalam perbedaan mereka.
Membangun Rasa Hormat untuk Mengatasi Disagreement
Jeanne Safer dan Richard Brookhiser adalah pasangan yang cukup familiar dengan perdebatan. Mereka telah berbeda pendapat selama hampir 50 tahun. Safer, seorang psikoanalis, menganggap dirinya liberal, sedangkan Brookhiser, seorang Republikan konservatif, bekerja untuk National Review. Mereka mengakui bahwa hampir tidak ada kesepakatan politik di antara mereka. Hanya sedikit sekali mereka memilih kandidat yang sama. Namun, meskipun teman-teman kadang mengkritik hubungan mereka, Safer dan Brookhiser saling mendukung dan menemukan cara untuk membicarakan banyak hal — walaupun ada topik tertentu yang tetap tabu, seperti aborsi.
Strategi Ilmiah untuk Menjembatani Perbedaan
Sehubungan dengan mendatangnya liburan, banyak orang akan berhadapan dengan anggota keluarga yang mungkin memiliki pendapat yang sangat berbeda. Survei dari SNF Agora Institute di Johns Hopkins University menunjukkan, hampir setengah dari pemilih di AS percaya bahwa anggota partai politik lawan adalah “benar-benar jahat”. Penelitian mencatat bahwa dalam percakapan dan bahkan hubungan kita, perpecahan ini tampak nyata. Namun, ilmu saraf dan psikologi menunjukkan ada cara untuk menjembatani perbedaan ,dan ada individu yang aktif menggunakan strategi ini dalam kehidupan sehari-hari.
Menggunakan Teknik untuk Komunikasi yang Lebih Baik
Neurologi menunjukkan ketika dua orang setuju, aktivitas otak mereka lebih sinkron dibanding saat mereka tidak setuju. Joy Hirsch, seorang ilmuwan dari Yale School of Medicine, menemukan bahwa otak orang-orang yang sepakat bekerja dengan cara yang serupa. Artinya, mereka lebih banyak berbagi informasi dan cenderung lebih sejalan. Berbeda dengan ketika mereka tidak setuju, otak mereka tampak seperti keributan alih-alih duet harmonis. Ini menunjukkan bahwa perdebatan lebih menuntut sumber daya mental dan emosional daripada kesepakatan. Namun, apakah kita dapat mengatasi perbedaan itu?
Menerapkan Empati untuk Membuka Pikiran
Salah satu cara untuk meringankan ketegangan adalah dengan fokus pada pernapasan. Dalam menghadapi konflik, tubuh kita memiliki respons otomatis yang kadang justru dapat mengganggu emosi kita. Ken Barish, seorang psikolog, mengingatkan bahwa dengan perlahan fokus kembali ke pernapasan dapat mengurangi kecemasan dan kemarahan yang kita rasakan. Selain itu, penting juga untuk menetapkan tujuan obrolan. Alih-alih membahas pendapat, cobalah untuk mendiskusikan kekhawatiran. Mengedepankan empati dengan mengenal kehidupan, keluarga, atau hobi lawan bicara dapat membantu menciptakan perasaan sejalan.