Menjaga Perang Jangan Menghancurkan Segalanya Dan Semua.
Tiga Cara Serangan Trump Terhadap Iran Bisa Menjadi Tidak Terkendali. Ketika Wakil Presiden JD Vance muncul di acara Meet the Press pada Minggu pagi, jurnalis Kristen Welker menanyakan satu pertanyaan sederhana: Apakah Amerika Serikat kini dalam keadaan perang dengan Iran? Vance menjawab dengan, “Kita tidak berperang dengan Iran; kita berperang dengan program nuklir Iran.” Ini seperti mengatakan bahwa ketika Jepang menyerang Pearl Harbor, mereka hanya menyatakan perang terhadap program konstruksi kapal perang Amerika. Penting dicatat bahwa Trump dan administrasinya berusaha tidak mengakui bahwa mereka telah memulai perang, karena perang cenderung meningkat di luar kendali apa pun.
Serangan Bisa Memicu Respons dari Iran dan AS.
Kemungkinan serangan yang pertama adalah “menyelesaikan pekerjaan.” Saat ini kita tidak tahu seberapa besar kerusakan yang telah ditimbulkan oleh serangan bom Amerika terhadap fasilitas pengayaan Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Gambar satelit menunjukkan bahwa bangunan di atas tanah masih berdiri, bertentangan dengan klaim Trump, namun banyak di antara target tersebut berada di bawah tanah. Jika damage-nya memang terbatas, ada dua pilihan buruk yang harus dihadapi administrasi Trump: membiarkan Iran yang marah mempertahankan fasilitas nuklirnya, atau terus menyerang sampai cukup merusak. Kedua pilihan ini dapat mengarah pada kampanye pengeboman yang tidak menentukan di dalam Iran.
Kekacauan Seperti yang Terjadi di Irak.
Serangan kedua mungkin menciptakan siklus kekerasan AS-Iran. Ada pepatah militer yang mengatakan “musuh memiliki hak suara.” Tindakan Iran bisa memaksa Amerika melakukan eskalasi meskipun tidak ingin berlanjut lebih jauh. Respons militer Iran sejauh ini tergolong rendah, sebagian karena kerusakan yang ditimbulkan Israel terhadap milisi proksi mereka. Namun, dua opsi yang mungkin untuk Iran termasuk serangan terhadap tentara Amerika yang ditempatkan di Timur Tengah, atau serangan pada jalur pelayaran internasional.
Risiko dan Ketidakpastian Menghadapi Keputusan Besar.
Dalam skenario terburuk, pengulangan peristiwa di Irak tidak bisa diabaikan. Penyerangan terhadap Iran, meskipun dengan tujuan “yang lebih modis” untuk menghancurkan program nuklirnya, menyimpan risiko yang tidak jauh berbeda. Ada banyak konsekuensi potensial yang bergantung pada masalah ini, termasuk pengaruh dari banyak negara lain. Sejarah memberi kita peringatan yang jelas; keputusan yang diambil pada awal invasi Irak masih memiliki dampak besar dari waktu ke waktu, dan itu bukan efek yang diinginkan. Mengingat sejumlah faktor ini, harapan untuk perencanaan yang baik di bawah administrasi Trump tampak pudar.