- Donald Trump mengancam demokrasi Amerika sejak 2016.
- Konstitusi Amerika sulit diubah, meningkatkan ketahanan demokrasi.
- Presidensi Trump memiliki batas waktu dan akan berakhir.
- Multikulturalisme di Amerika memperkuat demokrasi yang inklusif.
Dampak ancaman Trump terhadap demokrasi Amerika
Sejak kampanye presiden 2016, Donald Trump telah menunjukkan ancaman serius terhadap demokrasi Amerika. Dari awal, dia menolak untuk berkomitmen menerima hasil pemilu. Ketika menjabat sebagai presiden, dia secara rutin melemahkan supremasi hukum dan mencoba mempertahankan kekuasaan secara ilegal setelah kalah dalam pemilu 2020, sampai melakukan serangan mematikan yang gagal dilakukan oleh para pendukungnya. Kini, kebijakan dan tindakan sembrono Trump menempatkan institusi negara dalam ujian stres yang menyiratkan kekhawatiran bagi banyak pengamat mengenai kelangsungan demokrasi di Amerika.
Tiga alasan demokrasi Amerika dapat bertahan
Tentu saja, banyak pihak yang memiliki kekhawatiran valid terkait dengan hal ini. Sebulan pertama masa jabatannya saja, Trump sudah dianggap melemahkan pemerintah dengan memotong jumlah pegawai federal dan menyerahkan kekuasaan kepada orang-orang paling kaya. Meski kebijakan-kebijakannya, seperti kampanye deportasi besar-besaran dan rencana untuk membersihkan Gaza secara etnis, sangat merugikan, penting untuk diingat bahwa saat ini mungkin masih terlalu dini untuk pesimis mengenai kelangsungan demokrasi di Amerika. Ada alasan untuk optimis, dengan tiga alasan mengapa demokrasi Amerika bisa bertahan.
Kesulitan mengubah Konstitusi sebagai penghalang
Pertama, amendemen Konstitusi sangat sulit dilakukan. Saat pakar membahas kemunduran demokrasi di Amerika dibandingkan negara lain seperti Turki atau Hungaria, ada satu hal yang membedakan: ketidakcukupan pengerjaan perubahan konstitusi di sini. Reformasi konstitusi yang bertujuan untuk mengonsolidasikan kekuasaan seringkali menjadi langkah awal sebelum kolapsnya demokrasi. Sementara Trump mungkin sedang mencoba menguji batas kekuasaan eksekutif, ia tidak memiliki dukungan politik yang dibutuhkan untuk membuat perubahan permanen pada Konstitusi. Ukuran yang diperlukan untuk mengubah konstitusi di AS jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain, membuatnya semakin sulit untuk mengalahkan hukum yang ada.
Masa jabatan presiden sebagai penghalang bagi Trump
Kedua, kepresidenan Trump memiliki tanggal kadaluarsa yang jelas. Salah satu ancaman utama terhadap demokrasi telah muncul dari upaya Trump untuk mempertahankan kekuasaan setelah kalah. Ketika ia menjabat, ancaman itu semakin nyata, menciptakan suasana yang dapat memicu insiden seperti serangan di Capitol. Namun, saat ini Trump tidak memiliki kampanye lanjutan dan tidak ada jalan hukum bagi dirinya untuk memegang kekuasaan lebih lama dari yang diizinkan. Di bawah Amandemen 20 Konstitusi, masa jabatan presiden berakhir pada siang hari tanggal 20 Januari 2029; setelah itu, presiden baru akan dilantik. Dengan demikian, ada batasan jelas terhadap pengaruh jangka panjang Trump terhadap demokrasi.
Peran multikulturalisme dalam demokrasi
Ketiga dan sangat penting, multikulturalisme di Amerika Tengah tidak akan hilang. Meskipun negara ini belum selalu menjadi demokrasi multiras, sejak 1960-an dan setelah pengesahan Undang-Undang Sipil, Amerika telah berkembang menjadi demokrasi yang lebih inklusif. Hal ini menyebabkan orang Afrika-Amerika dan Latino yang memegang pengaruh yang semakin besar di panggung politik; pada saat yang sama, meskipun ada penindasan pemilih, kebutuhan untuk membangun koalisi multiras semakin mendesak. Kemajuan Trump yang terbatas dengan pemilih nonputih menunjukkan bahwa Partai Republik harus beradaptasi untuk bisa mempertahankan kekuasaan dalam iklim demokrasi modern.
Kewaspadaan dan mobilisasi sebagai kunci demokrasi
Secara keseluruhan, demokrasi Amerika memiliki ketahanan yang lebih besar daripada yang terlihat. Dalam menghadapi tantangan saat ini, diperlukan kewaspadaan. Walaupun ada ancaman nyata di depan mata, institusi dasar demokrasi masih cukup kuat untuk bertahan. Kesadaran dan mobilisasi masyarakat sangat penting untuk menjaga integritas sistem ini. Seperti yang dinyatakan oleh para pakar, ada alat yang tersedia untuk melindungi demokrasi kita, tetapi semuanya itu tidak akan bernilai jika masyarakat tidak berperan aktif dalam mempertahankannya.
Untuk merangkum, meskipun Donald Trump telah menghadirkan tantangan serius bagi demokrasi Amerika, ada tiga alasan kuat untuk percaya bahwa demokrasi ini akan bertahan. Pertama, kesulitan dalam mengubah Konstitusi merupakan penghalang yang signifikan bagi penguatan kekuasaan otoriter. Kedua, adanya tanggal kadaluarsa untuk kepresidenannya membatasi pengaruhnya. Terakhir, keberadaan multikulturalisme menunjukkan bahwa kekuatan kolektif masyarakat masih ada untuk menjamin masa depan demokrasi yang lebih baik.