Meneliti Pengaruh Media Sosial Terhadap Politik Amerika
Penggunaan media sosial dalam konteks politik menjadi perhatian utama. Pew Research Center, bekerja sama dengan Knight Foundation, baru-baru ini melakukan studi untuk memahami bagaimana masyarakat Amerika menggunakan platform seperti TikTok, X (yang dulunya dikenal sebagai Twitter), Facebook, dan Instagram untuk berinteraksi dengan isu politik. Survei ini melibatkan lebih dari 10.000 pengguna internet dewasa di AS antara 18 hingga 24 Maret 2024. Hasilnya mengungkapkan bahwa pengalaman politik pengguna sangat bergantung pada platform media sosial yang mereka gunakan.
Motivasi Berbeda di Setiap Platform
Di antara platform yang diteliti, X mendapatkan perhatian khusus. Sekitar 59% pengguna X mengatakan salah satu alasan menggunakan platform ini adalah untuk mengikuti perkembangan politik, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 36% pengguna TikTok dan 26% pengguna Facebook ataupun Instagram. Meskipun banyak pengguna X terlibat dengan konten politik, banyak yang juga didorong oleh alasan lain seperti hiburan; hampir semua pengguna TikTok, misalnya, mengaku menggunakan aplikasi tersebut karena hiburannya. Ini menunjukkan bahwa meskipun konten politik ada, hiburan tetap menjadi motivasi utama di beberapa platform.
Perbedaan Pandangan Tentang Media Sosial dan Demokrasi
Kemandirian pemikiran di media sosial juga menjadi tema penting. Dari survey tersebut, terlihat bahwa pandangan terhadap dampak platform media sosial terhadap demokrasi sangat beragam. Meskipun 38% pengguna X merasa platform ini baik untuk demokrasi, terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai dampak penyebaran informasi yang salah, terutama menjelang pemilu 2024. Selanjutnya, isu tentang apakah konten politik di media sosial cenderung bias juga muncul, dengan banyak pengguna yang merasa tidak melihat tendensi tertentu dalam konten yang mereka konsumsi.
Tantangan dan Pengalaman Pengguna
Dari kegiatan berbagi konten politik di media sosial, terlihat kecenderungan bahwa hanya 14% pengguna X mengaku sering berbagi postingan berisi konten politik. Itu berarti, meskipun pengguna melihat konten politik, mereka tidak selalu membagikannya. Terlebih, pengguna dari berbagai platform memiliki berbagai alasan untuk enggan membahas politik, seperti merasa bahwa politik tidak seharusnya ada di sana atau takut mengalami penganiayaan online. Hal ini menunjukkan tantangan besar dalam menciptakan ruang dialog publik yang sehat di dunia maya.
