Dalam pergeseran mencolok, Donald Trump mengancam untuk merebut kembali kontrol Terusan Panama. Berbagai tuduhan dan tuntutan pun muncul bersamaan dengan rencana ambisiusnya ini.
Trump Mendesak untuk Kontrol Terusan Panama
Pernyataan mengejutkan datang dari Presiden terpilih Donald J. Trump yang merencanakan untuk kembali mengambil alih kontrol Terusan Panama. Dalam minggu ini, Trump melontarkan tudingan bahwa Panama membiarkan tentara China menguasai rute pengiriman yang sangat penting tersebut. Tuduhan ini bukan hanya kosong, melainkan juga mengandung salah fakta, dan bisa menambah ketegangan diplomatik antara AS dan Panama.
Tuduhan Harga Terusan yang Tidak Masuk Akal
Trump yang dikenal dengan retorikanya yang tegas, mengklaim bahwa harga yang dikenakan Panama untuk kapal-kapal AS adalah “sangat berlebihan”. Ia bahkan memperingatkan bahwa jika harga tersebut tidak diturunkan setelah pelantikannya bulan depan, ia akan meminta agar AS diberikan kontrol penuh atas terusan tersebut. Ini memicu beberapa pertanyaan tentang apa yang akan terjadi dengan hubungan bilateral di masa depan.
Pentolan Partai Republik Tanggapi Retorika Trump
Menambah bumbu dalam pidato-pidatonya, pada hari Rabu lalu, Trump mengumumkan keputusannya untuk mengangkat Kevin Marino Cabrera sebagai duta besar untuk Panama. Dalam pernyataannya, ia mengkritik pemerintah Panama karena dianggap mencuri uang AS terkait Terusan Panama. Pada media sosialnya, ia memberi ucapan selamat Natal kepada “tentara hebat China” yang ia sebut sebagai pengelola terusan tersebut, sebuah istilah yang tentunya keliru.
Sejarah Kontroversi Pengalihan Kontrol Terusan
Dari sejarahnya, memang ada penolakan dari segelintir anggota Partai Republik terkait pengalihan kontrol terusan ini kepada Panama. Saat Ronald Reagan mencalonkan diri sebagai presiden, ia menyatakan bahwa rakyat AS adalah “pemilik sah” terusan tersebut dan banyak pendukungnya yang bersorak. Dengan kata lain, isu ini bukanlah hal baru bagi kalangan tertentu.
Perjanjian Pengalihan Kontrol Terusan dan Reaksi
Di bawah pemerintahan Jimmy Carter, dua perjanjian ditandatangani pada tahun 1978 yang pada akhirnya mengantarkan penyerahan kontrol terusan kepada Panama pada 31 Desember 1999. “Ada sekelompok GOP yang selama ini skeptis terhadap pengalihan tersebut,” kata Ryan C. Berg, seorang direktur program Amerika di Center for Strategic and International Studies. Ini menunjukkan adanya ketegangan yang berkelanjutan dalam politik AS.
Kontroversi dan Masa Depan Hubungan Diplomatik
Dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai retorika Trump, menggelikan jika mencermati bahwa klaim-klaimnya bisa mengarah pada ketidakstabilan yang lebih besar tidak hanya di Panama, tetapi juga untuk hubungan AS dengan negara-negara lainnya. Sejauh ini, tindakan dan pernyataan Trump seolah mengundang kontroversi yang lebih besar di panggung politik internasional. Pertanyaannya kini, bagaimana langkah ke depan yang akan diambil oleh pemerintahan baru.
Menarik untuk melihat bagaimana langkah-langkah Trump akan membentuk ulang kebijakan luar negeri AS. Dengan retorikanya yang semakin tajam mengenai Terusan Panama, potensi ketegangan dengan Panama dan negara-negara lain bisa meningkat. Pergulatan politik ini tidak hanya mengancam hubungan antara AS dan Panama, tetapi juga kestabilan kawasan secara keseluruhan.